Senin, 01 Oktober 2012

HISTORIS KULUHE MAHENTUNGANG

SEKILAS HISTORIS KULUHE MAHENTUNGANG

Dikutip dr Lintuhu Monara apate mengungsi, Kuluhe Mahentungang taung 2012


Konon sekitar tahun 1518, sepasang suami istri (Gumansalangi dengan Onda Asa) setelah dalam pengembaraannyadi daratan Minahasa tepatnya suatu tempat bernama Kuluhe-Ratahan, maka suami istri tersebut membawa batu kerikil, dan setelah tiba di Pulau Sangihe Tampungan Lawo mereka tinggal di Sahendarumang. Sesuai dengan pesan dari orang tua merek; jika terjadi guntur (medelu) dan kilat (mekila) mereka harus turun dari kendaraan mereka.
Batru kerikil yang dibawa oleh mereka dilemparkan kearah sebelah timur Pulau Sangihe dan tempat itu dinamai BATUNG KULUHE. Dan pada waktu-waktu tertentu Batung Kuluhe LUHENTUNG. Akhirnya tempat tersebut disapa KULUHE MAHENTUNGANG hingga sekarang.
Pada abad ke 17 waktu raja GAMA memerintah kerajaan Rimpulaeng, maka su soang (di kampung) Kuluhe-Mahentungang susunan pemerintahan hanya secara adat budaya yang dinamakan "SAWOHI" dan Sawohi yang pertama adalah DOLONGSEDA yang wilayah pemerintahannya mulai dari sungai Daripa (terletak antara kampung Sensong dan Tariang Baru) sampaiu dengan sungai Liwase (antara Kampung Simueng dan Bentung), kecuali pemerintahan Kampung Kuma Malaesang yaitu dari Roake sampai dengan Toadu Kuma.
Sejak tahun 1888 pemerintahan adat Sawohi dipadukan dengan pemerintahan kolonial Belanda dalam sebutan Kapten Laut (sapaan kita "KAPITALAUNG).
Kapitalaung pertama adalah MELIKUNUSA DALITA, dengan demikian pemerintahan adat disebut BEBATONG DELAHE sedangkan pemerintahan Kapitalaung disebut BEBATONG BALE.
Pada waktu pemerintahan LAMBENGSINA, Kuluhe Mahentungang dibagi dua yaitu :
  1. Kampung Kuluhe Satu, wilayahnya dari sungai daripa sampai dengan perbatasan Kuluhe 1 dan Kuluhe 2 dengan Kapitalaung yang pertama adalah P.S. DALOPE.
  2. Kampung Kuluhe dua wilayahnya dari perbatasan Kuluhe 1 dan Kuluhe 2 sampai dengan sungai Liwase dengan Kapitalaung yang pertama bernama NEMUEL MACPAL.
Pada tahun 1889 Kampung Kuluhe 2 terbagi 2 yaitu : Kampung Simueng dengan wilayah dari Sungai Liwase sampai dengan Tonggeng Kembuno. Dengan demikian Kampung Kuluhe 2 wilayah pemerintahannya mulai dari Tonggeng Kembuno dan seterusnya.
Pada tanggal 6 Juni 1929, Kampung Bira ditunggalkan dari kampung Kuluhe 1 dengan Kapitalaungnya bernama LANONGBUKA (GURING). Dan pada tanggal 1 Januari 1938 kampung Bowongkali di tunggalkan dari kampung Kuluhe 2 dengan kapitalaung bernama LUKAS HORMAN sekaligus merangkap Kepala Sekolah Rakyat Masehi.
Sejalan dengan waktu, kegiatan adat budaya terus dilakukan oleh masyarakat Kuluhe Mahentungang disesuaikan dengan keadaan dan situasi kondisi setempat.
Hal penting untuk dipahami bahwa adat budaya Kuluhe Mahentungang memberlakukan kegiatan "MENGUNGSI TAUNG" dengan tahapan sebagai berikut :
Pada tanggal 24 Desember MEMANSELE HUMOTONG, pada tanggal 25 Desember Bebatong Delahe datang kepada Bebatong Bale memberitahukan sekaligus mohon persetujuan, pada tanggal 31 Desember MEMASELE KARUANE, pada jam 00.00 MENETAU MONARA (MEMUKA PINTU), dinihari tanggal 1 Januari (Tahun Baru) MEBAKI. Sedangkan tanggal dan hari mengungsi taung disesuaikan dengan musyawarah Bebatong Bale dan Delahe.
Namun ketika diselang waktu antara 1 Januari sampai dengan waktu Mengungsi Taung terjadi bencana alam dan duka Bebatong Bale dan Bebatong Delahe, maka dilaksanakan MEMENTO (= membatalkan acara mengungsi taung).
Demikian sekilas pandang historis dan gambaran adat budaya kampung Kuluhe Mahentungang, hingga sampai sekarang ini terus dilestarikan dengan sapaan MENGUNGSI TAUNG.

Di Copy Paste dari catatan Sekilas Historis Kuluhe Mahentungang
Pada acara Tulude di Kulur tgl 14 Februari 2012